5 tahun pertama terlewati (Happy Anniversary 5th years old)

Rasa-rasanya baru kemarin aku merangkai kata-kata indah di hari ulang tahun pernikahan kita yang ke-4. Dan seperti mimpi, 1 tahun terlewati begitu saja. 5 tahun sudah di hari ini.

And congratss!!!!! 5 tahun berproses dan tumbuh bersama, kita melaluinya dengan baik tanpa ada masalah yang berarti di pernikahan kita.

Usia ke 5 tahun ini, kita telah bisa menekankan ego masing-masing. Saling menyabarkan diri terhadap perilaku pasangan masing-masing. Sebagai seorang istri, aku fikir aku harus menekankan segala ego dan menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi setiap keributan. Namun balik lagi ke aturan agama, tugas istri adalah patuh. Maka kewajiban ku patuh terhadap semua perintah suami. Ya katanya, Ya. Tidak katanya tetap tidak.

5 tahun ini, kita tak menjumpai masalah-masalah besar. Hanya masalah-masalah kecil dan sepele yang jika dibesar-besarkan maka ia akan meledak. 5 tahun berumah tangga dengan 2 orang anak ini, aku lebih memilih mengalah. Silent Treatment kalau kata orang-orang sekarang. Aku lebih memilih sikap yang begini. Capek ribut, menguras emosi dan fikiran. Akhirnya aku memilih berdamai dengan diri sendiri. Sudahlah! Hanya masalah sepele. Batinku.

Toh, begitu pula dengan dia. Kadang saat aku merajuk dia membujuk, namun terkadang ya dia diamkan saja lalu pergi main. Dan pulang ke rumah bim salabim semua menjadi baik-baik saja di mata dia, padahal akunya belum baik. Nggak apa. Tak ada pasangan yang sempurna. Insyallah dari awal menikah aku telah menerima segala kelebihan dan kekurangannya. Begitupun dengan dia insyallah juga sama. Dan sebagai istri, aku telah mewakafkan diriku untuk patuh dan taat kepadanya seumur hidup. Meski yaaa kadang-kadang tengkar juga kalau kata dia. Wkwk

5 tahun pertama, bukan hanya tentang kita

5 tahun bersama. Ini bukan hanya tentang aku, kamu, dan anak-anak saja. Tapi tentang aku dan mertua. 5 tahun bersama serumah dengan mertua. Tidak mudah menjalani rumah tangga 1 atap dengan orang tua. Ibarat istana, tidak akan ada 2 ratu dalam 1 istana. Tapi kami bukan ratu dua-duanya. Aku tetap ratunya. Sementara ibu mertua ku adalah ibu suri dalam cerita kerajaan Goryeo. Wkwk.. (Korban drakor nih. Haha)

Yap! Jangankan 1 rumah dengan mertua, dengan ibu sendiri aja tak rentan dengan selisih faham. Hanya saja bedanya, jika antara mertua dan menantu, perasaan itu tidak sebebas antara ibu dan anak kandung. Tetap ada ruang sendiri di hatinya yang harus kita jaga. Maka kita saling menyeimbangkan. Terkadang aku yang memaklumi mertua, terkadang mertua yang memaklumi sikapku. Dan kayaknya lebih banyak mertua sih yang mesti memaklumi ulah-alihku. Hehee.. Aku berdoa banget semoga menantu kedua MakMer nanti dapat yang lebih lembut dan lebih nurut dibanding aku. Hihii... 

Ada pula yang bilang, untuk melihat bagaimana kualitas bibit baru, maka ia harus dipisahkan dari indukannya agar bisa berkembang. Tapi kami bukan tanaman. Istilah itu benar. Ku akui. Namun untuk keadaan kami yang mesti harus serumah dengan  orang tua dulu, maka istilah itu tidak berlaku untuk kami. Kami punya cara lain bagaimana mengelola dan menempatkan diri agar bisa berkembang. Dan orang tua tentu menyokong kami dalam mempersiapkan masa depan anak cucunya. Alhamdulillah. 

5 tahun bersama, tentang kami dan orang tua
And well, bukan berarti kami nggak bisa untuk mandiri. Hanya saja tidak disuruh orang tua. Wkwk.. Tapi kita tetap punya rencana buat bangun rumah untuk aset masa depan dan untuk anak-anak. Do'ain ya semoga dimudahkan prosesnya. Aamiinn

Hmm.. Orang juga bilang hidup aku setenang itu dengan mertua. Ya Alhamdulillah. Semua itu tak lepas dari kerja sama yang baik antara aku dan ibu mertua, juga suami yang menyeimbangi keduanya agar mampu bersikap adil dan bijaksana jika di antara kami berdua terjadi selisih faham. Agar tiada hati yang terluka oleh dia.

Aku sadar. Nggak mudah jadi dia. Yang 1 istri, yang 1 Ibu. Dengan Ibu, bakti dan tanggung jawab ia sepenuhnya pada Ibu. Sementara aku, ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadapku. Baik burukku, bahagia derita hingga suka duka ku. Jangan sampai ada 1 hati yang terluka oleh sikap dan ucapannya.

Komunikasi adalah koentji

Dan yang terpenting setiap masalah yang ada di rumah, kami selesaikan di rumah itulah. Jika masalah dengan suami, kita selesaikan di dalam kamar. Dan jika ada miss komunikasi dengan mertua, maka kita dengan berbicara. Biar tiada yang mengganjal di hati masing-masing kita. Bicara baik-baik, saling berbenah dan berubah sikap jika ada yang kurang cocok. Terlepas dari semua itu, yang penting adalah keterbukaan dan menjaga komunikasi.

5 tahun pernikahan, lalu ujiannya dimana? 

Ada yang bertanya kepada ku seperti itu. Setiap rumah tangga punya ujiannya masing-masing. Namun aib keluarga adalah aib kita bersama yang setiap anggota keluarga wajib menutupinya. Tapi bocor dikit-dikit dengan tetangga pas nongkrong nggak apa lah yaa.. hahaha.. 

Hmm.. Aku sudah di fase udah malas bercerita ke orang lain terutama di sosmed masalah keluarga. Namun jika mau ngopi bareng dan sharing, aku masih mau, koq. Hehe..

Ada beberapa ujian nya di pernikahan ku selama berproses dalam 5 tahun ini. Masalah eksternal. Cukup banyak. Namun berkat dukungan, kesabaran, kepercayaan serta kasih sayang dari suami, masalah itu tidak berarti apa-apa. Aku juga secara pribadi sudah kebal terhadap berbagai masalah. 

Tak ada rumah tangga yang tak ditimpa masalah. Pasti ada. Lalu haruskah kita ceritakan ke orang-orang? Lagian untuk apa kita ceritakan. Biarlah orang mandang hidup kita yg enak-enaknya ana. Semoga itu jdi do'a pula agar hidup kita terus merasa enak dan banyak bersyukur. Dapat suami baik, mertua baik, ekonomi stabil, anak-anak tumbuh sehat dan cerdas. 

Dan setiap masalah kita beda-beda, toh? Dan pandangan orang pun beda-beda pula dengan masalah itu. Aku juga insyaallah sudah kebal dengan masalah-masalah yang telah dialami dari kecil, remaja, gadis hingga sebelum jadi istri orang. 

Jadi apapun masalahnya selama telah berkeluarga, sebisa mungkin diselesaikan dengan baik. Masalah besar jadi kecil, yang kecil jadi hilang. Bagiku masalah yang telah ku temui dalam rumah tangga udah dianggap enteng selagi tidak ada orang ketiga dan KDRT di dalamnya. 

Udah di fase udahlah aku nggak mau ambil pusing. Selagi Suami ada di pihakku, aku aman dan baik-baik saja. 


Aku beruntung seperti kata orang-orang. Aku beruntung memiliki Suami baik dan mertua baik seperti Ibu kandung sendiri. Aku beruntung karena ekonomi stabil dan anak udah sepasang insyallah selalu sehat terus.
Dan aku berdo'a semoga keberuntunganku menular kepada siapapun yang membaca tulisan ini. Bahkan lebih baik dan beruntung dibanding aku. 

Dan untuk yang kurang beruntung, semoga istri-istri dan ibu-ibu di luar sana selalu punya stok sabar yang banyak, ya. Hingga masa-masa bahagia itu datang. Big hug dari jauh pokoknya. Kalian hebat, kalian berharga. 

And finally, Barakallah.. Selamat 5 tahun pertama Suamiku. Dan tentu anak-anakku yang berbahagia.. 02/02/2020 hingga 02/02/2025. Semoga segala kebaikan dan keberkahan merahmati keluarga kecil kita.

Pesan untuk para Suami, tetaplah buat Istrimu ini bahagia, karena kunci anak-anak mu yang bahagia, adalah bagaimana kamu mampu membahagiakan ibunya. Eaaa.. (Kode nih. Huaaa😆). Ini berlaku buat semua kaum suami juga. Hihii🥂

Rabbana hablanaa min azwajina wa dzurriyatii naa qurrota a'yun waj Alna lil Muttaqiina imaamaa.. Aaamiinn..

Tidak ada komentar

Thanks udah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya. No SARA. Syukron Jazakallah..😊

Seedbacklink

Komunitas BRT Nerwork

Komunitas BRT Nerwork
Logo Komunitas BRT Network

Komunitas Mama Daring

Komunitas Mama Daring
Logo Mama Daring