Semua dari Kita Akan Berpulang (Mengenang Alm. Pak Abdi)


Cerita ini terinspirasi dari sebuah kabar duka dari kampus. Dosen, kepala prodi, sekaligus dosen pembimbingku yang katanya killer telah berpulang. Bapak Abdi Zulkarnaen Sitepu, M.Ag.

Kabar Duka


Malam itu, 3 Februari 2020 pukul 19.35 WIB, sebuah pesan masuk di WAG alumni KPI 2015. Sebuah pesan dari bunda Eti bahwa pak Abdi sedang kritis. Kaget! Bapak memang sudah lama sakit diabetes basah. Tapi nggak nyangka kalau bakal kritis seperti itu kondisinya. Namun aku yakin bahwa bapak pasti sembuh dan melewati masa-masa kritisnya. Yakin bahwa bapak kuat. 

Malam harinya, aku bermimpi bapak beneran meninggal. Dan bercerita ke suami tentang mimpi tersebut serta berharap hanya sebatas mimpi belaka yang justru akan terjadi kebalikannya. Beliau sembuh. 

Baca juga: Tentang Sebuah Perpisahan

Namun takdir berkata lain, esok paginya juga sebelum suami berangkat kerja, tanggal 4 Februari pukul 07.05 WIB, dapat kabar bahwa bapak benar-benar telah pergi. Nyesek, sedih, tak menyangka. Itulah yang aku dan teman-teman lain rasakan. Grup dipenuhi ucapan duka, emot nangis, dan cerita kenangan bersama beliau.

Bersama Kenangan

Foto bersama Alm. usai ujian sidang skripsi
Jujur aku pribadi memiliki banyak kenangan tak terlupakan dengan beliau. Pernah dijadikan contoh baik ke kakak tingkat waktu semester awal karena IPK ku 3,9. Namun pernah juga jadi contoh buruk karena sibuk organisasi IPK ku jadi turun 3,4. Hikss.. Bapak emang suka gitu. Suka mem-viral-kan mahasiswanya biar jadi contoh atau pelajaran buat mahasiswanya yang lain. Udah dech, cengirin aja kalau ada teman-teman atau kating yang ngomong "Eh, Dek/Mbak, tadi pak Abdi ngomongin Mbak/Adek kalau bla bla blaaa". Udah biasaaaa. Hahaa..

Lalu pernah juga menangis karena lupa ngisi absen waktu sedang UAS. Mata kuliah pak Abdi pulak. Sebenarnya ini fatal. Ntah kenapa aku bisa lupa. Kaget saat itu liat nilai mata kuliah beliau nilainya kalau ntah D atau kosong. Lalu ke prodi nemui beliau. Beliau bilang aku tidak ikut ujian. Dan aku protes bahwa aku ikut ujian sambil ngeluarin bukti (aku lupa bukti apa yang aku bawa saat itu). Dan taraaaa!!!! Bapak malah mengeluarkan absen UAS dengan TANPA ada nama aku disana. Aku terdiam. Bukti valid no debat. Aku terdiam seribu bahasa.

Bapak saat masih muda (foto paling belakang)

Huaaaaa.. Nangis bombay dong merengek ke Bapak minta nilai. Apalagi lembar ujian aku juga ada. Sebenarnya bapak tau aku ikut ujian. Beliau mau ngasih pelajaran ke aku aja sih biar aku fokus kuliah. Karena saat itu aku lagi semangat-semangatnya ikut organisasi. Nangis kejer sampe beringus-ingus di dalam prodi. Belum keluar kalau si bapak belum ngasih nilai. Dan lucunya saat bunda Eti yang sebenarnya juga dikenal dosen killer (saat itu) menyodorkan ku kotak tissue, aku langsung ambil aja dan mengelap ingus+air mata. Hahahaa.. Pengen ngakak aku tuu kalau diingat. Malu juga. Tapi benar-benar jadi pelajaran berharga. Ending-nya, ya Alhamdulillah di kasih bapak juga nilai B. Dan langsung di input bunda Eti saat itu juga. Hehee.. Btw, bunda Eti Staff pak abdi yang bertugas meng-input nilai mahasiswa.

Takziah Virtual karena Pandemi

Dan terakhir menangis sama beliau karena skripsi. Karena teori dari kata "peran" dalam skripsi ku yang nggak nemu-nemu. Saat itu masih pagi dan dengan PD-nya nemui beliau bimbingan tentang kata "peran". Alhasil teorinya ditolak bapak dan aku bersikeras mempertahankan teori ku benar. Alhasil malah kena marah lagi. Bapak bilang aku nggak mau dibimbing. Mana suaranya keras pula dan orang banyak di luar kantor prodi. Suara kerasnya ini karena beliau kan marga sitepu. Jadi wajar kata orang. 

Malu+sedih keluar dari prodi. Muka dipanglingkan dari orang-orang yang mau liat karena air mata udah mulai merembes. Langsung naik ke atas asrama, masuk kamar. (FYI, Fakultas dan prodi kami ada di lantai bawah asrama). 

Di halaman rumah duka

Dan duarrr.. Tangisku meledak. Nangis kejer lagi. Aku memang cengeng yaa. Hahaa... Setelah itu stop dulu seminggu mikirin skripsi. Fokus ke nyenangin hati, mood, dan mental dulu. Pergi jalan-jalan ke air terjun, ke pantai, ya pokoknya apa-apa yang buat hati senang lah. Dan setelah itu mulai lagi nyari teori. Kemudian bimbingan dan ganti kata "peran" menjadi "fungsi" dan Alhamdulillah lancar sampai akhir.

Hanya Kesan yang Indah

Itu adalah kenangan pahitnya. Lalu kenangan manisnya, pernah diajak bapak keliling SMA di Mukomuko untuk promosi Fakultas, diajak bapak ikut andil dalam pelatihan Mubaligh untuk anak SMA sederajat di Pusdiklat Al-Mubarak di bulan Ramadhan, sering disuruh buat kopi yang gulanya bapak bawa sendiri. 

Di rumah duka

Dan ciri khasnya, kalau ketemu teman lain, pasti disuruh manggil yang lainnya lagi. Aku juga tak kalah seringnya disuruh bapak panggilin. Deg-deg-an kalau udah dipanggil bapak. Khawatir punya salah dan kena marah. Wkwk...  Eh, satu lagi. Pernah juga dipanggil bapak make mikrofon asrama nyuruh kami keluar untuk kuliah. Semua nama mahasiswa MK beliau yang tinggal di asrama beliau sebut. Ampunnnn.. Malunya. Hahaa.. 

Baca juga: Sembako untuk Amak

Dan sekarang, semua itu hanya bisa dikenang dan dirindukan. Jika beliau masih ada, kenangan itu tak akan bercampur sedih seperti sekarang. Namun terasa berbeda kenangannya saat beliau benar-benar nggak ada. Tak bisa lagi jumpa. Aku pernah berharap esok lusa bisa ke prodi lagi nemui beliau, nyalamin sambil menperkenalkan suami dan anak. Namun manusia hanya bisa berencana. Allah-lah yang menentukan. Biarlah sekarang semua jadi kenangan indah. Biarlah hanya kesan indah yang akan dikenang.

Beberapa hari setelah beliau pergi pun, kalau teringat beliau nggak ada, ada sesuatu yang nyesek di jiwa. Sedih saat ingat "pak Abdi udah nggak ada". Lalu aku mulai merenungkan bahwa memang sejatinya kita semua akan berpulang. Hanya soal waktu saja. Ada yang kirim di sosmed dengan kata-kata bijak kira-kira begini. 

"Kita semua sama-sama telah di vonis mati. Hanya waktu saja yang membedakannya".

Ya, kita telah di vonis mati oleh Tuhan. Namun kita tidak tau kapan waktunya. 

Kullu nafsin dzaa ikatul maut "Semua yang bernyawa pasti akan merasakan mati" (QS. Al-Ankabut: 57)

Semoga semua dosa-dosa bapak diampuni, amal ibadahnya diterima, kuburannya dilapangkan, serta ditempatkan di tempat terbaik disisinya. Lalu keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Aamiinn..

Ya Allah, jika umurku panjang, jadikanlah ia sebagai penambah amal kebaikan buatku, namun jika umurku pendek, jadikanlah ia sebagai pemutus keburukan dari diriku. Aamiinn.


12 komentar

  1. Tulisannya bagus dek, sukses selalu

    BalasHapus
  2. Dek, Mbak Intan turut berduka cita. Pasti sedih ketika orang yang kita hormati & sayangi berpulang lebih dulu, tapi ya begitulah. Semua sudah ada waktunya. Kita tinggal menjalani saja. :))

    BalasHapus
  3. Innalillahi, semoga kebaikan amal beliau tetap mengalir dan bermanfaat untuk orang lain...

    BalasHapus
  4. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah swt, Aamiin Aamiin ya rabbalalamin

    BalasHapus
  5. Kalau dosen kesayangan pasti akan selalu dikenang. Semoga pak Abdi tenang di sana dan diberada ditempat terbaik aamiin

    BalasHapus
  6. Innalillahiwainnailaihi roji'uun..
    Sedih ya Nengsih rasanya, ditinggal pergi dosen yg baik n penuh kenangan. Semoga almarhum husnul khatimah, aamiin.

    BalasHapus
  7. Dosen Gerakan Pemabaharuan Islam saya ini

    BalasHapus
  8. Sebaik2 pesan dari kematian adalah pengingat.. bagi mereka yang beriman...

    BalasHapus
  9. innalillahiwainnailaihirojiun....ngerasa sedih juga ya ditinggal orang yang baik, yang berperan dalam kehidupan kita selama ini.

    BalasHapus
  10. Sabr ya mbk sedih aku tu baca tulisannya mbk, semoga almarhum tenang di sana mbk.

    BalasHapus
  11. Berkesan banget yah dosennya. Pasti nangisnya beringus-ingus lagi neng sambil mengenang. Moga kita bisa dikenang dengan baik oleh orang di sekitar nantinya.

    BalasHapus

Thanks udah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya. No SARA. Syukron Jazakallah..😊

Komunitas BRT Nerwork

Komunitas BRT Nerwork
Logo Komunitas BRT Network

Komunitas Mama Daring

Komunitas Mama Daring
Logo Mama Daring