Hp ku berbunyi, ada beberapa panggilan tak terjawab. Dari Abah. Yaa.. Dia adalah ayahku. Yang karenanya aku ada di dunia ini. Meski kasih sayangnya tak utuh aku rasakan akibat perpisahannya dengan Ibu sejak aku masih kecil.
Aku kehilangan sosok abah di saat aku lagi membutuhkan kasih sayangnya. Sudahlah.. Lupakan sejenak tentang abah. Karna bukan itu inti yang ingin aku ceritakan.
Abah menyanyai kabarku. Kenapa sudah lama tidak menghubunginya. Hmm.. Aku bilang sedang tidak ada pulsa. Ya memang begitu adanya. Namun ku akui sudah lama sekali aku tidak merindukan Ayah. Namun ia selalu ada dalam penghormatanku. Intensitasku lebih banyak menanyai kabar Ibu.
Dan setelah bercengkrama dengan Abah. Hingga sampai ke hal mengenai pernikahan. Dia menanyakan apakah aku udah ada calon apa belum? Dan beliau menawarkan diri untuk mencari calon suami untukku.
Dulu beliau juga pernah menawarkan. Namun aku menolak. Biarlah aku sendiri yang mencarinya. Atau lebih tepatnya waktu itu aku tidak ingin dicarikan sama Abah. Bukan aku tak percaya. Rasa khawatirku begitu berlebihan. Dan malam itu pun ketika ditanya lagi, jawabanku masih sama. Aku tidak ingin dicarikan.
Namun kugunakan bahasa yg halus untuk menolak. "Jika Abah mau mencari ya silahkan. Soal cocok atau tidaknya ya urusan nanti".
Namun kugunakan bahasa yg halus untuk menolak. "Jika Abah mau mencari ya silahkan. Soal cocok atau tidaknya ya urusan nanti".
Abah mengiyakan. Lalu beliau berkata. "Yasudah.. Sekarang fokus lah selesaikan kuliah mu terlebih dahulu. Masalah jodoh itu gampang", katanya.
Sesungguhnya dalam hati aku menolak. Tidak gampang, Bah. Jodoh itu sekali seumur hidup. Ibadah paling panjang. Mungkn memang mudah mencarinya. Namun untuk seorang lelaki yang sholeh, yang sama-sama mau berkiprah dalam dakwah, yang mau menerima sedikit kelebihan dan berjuta kekurangan apakah gampang?? Tidak!!..
Sesungguhnya dalam hati aku menolak. Tidak gampang, Bah. Jodoh itu sekali seumur hidup. Ibadah paling panjang. Mungkn memang mudah mencarinya. Namun untuk seorang lelaki yang sholeh, yang sama-sama mau berkiprah dalam dakwah, yang mau menerima sedikit kelebihan dan berjuta kekurangan apakah gampang?? Tidak!!..
Meski Abah berkata begitu, aku tau ia ingin mendengar kabar bahwa aku sudah ada calon. Apalagi Adek kandung ku sekarang bahkan sudah menimang Anak. Dan itu lebih membuat nyesek lagi dengan pertanyaan.
Aku tidak ingin seperti Abah dan Amah. Yang berpisah lalu Anak yg menjadi korban. Hidup terlunta demi menggapai cita. Tanpa saksi dari Ayah Ibu untuk setiap episode perjalanan hidupnya. Ahh.. Aku ingin menangis jika membahas ini.
Hmm.. Setelah itu ntah kenapa aku kefikiran. Hingga saat ini. Tentang jodoh yang menjadi rahasia Allah. Aku punya mimpi. Ingin menikah dikala usia ku 23 tahun. Dan ingin memiliki pendamping halal ketika skripsi atau wisuda. Aku hanya mampu mendo'akan.
Siapakah lelakinya?? Aku tidak tau. Beberapa lelaki pernah mengungkapkan rasa kepadaku. Namun hanya sebatas ungkapkan rasa dan banyak nya memberi kode. Namun ketika aku tanya serius, ia bilang untuk saat ini belum memikirkan nikah. Mungkin beberapa tahun lagi. Ahh.. Aku fikir itu hanya modus. Aku tdak suka itu.
Aku ingin menikah?? Ya itu jelas. Aku ingin menyempurnakan separuh agama. Ingin beribadah. Aku ingin rasa aman dan nyaman di bawah perlindungan lelaki yang halal untukku. Lalu apakah keinginanku itu salah?
Aku pernah gagal ta'aruf. Dan itu cukup membuatku sakit. Mungkn benar kata temanku. Barangkali Allah gagalkan karna kita sudah terlalu berharap sama dia. ALLAH tidak suka jika kita terlalu besar berharap kepada manusia. Allah sedang mengujiku.
Dan saat ini ada satu nama dalam fikiran ku. Aku malu sesungguhnya. Aku tak punya nyali yg besar untuk mengungkapkan secara langsung. Aku wanita. Mungkn masih dibilang tabu jika wanita yang mengungkapkan rasa kepada lelaki.
Mencontohi Ibunda Khadijah? Aku jauh dari Ibunda sang teladan. Ia berani melamar Rasulullah karna memang beliau org terpandang. Saudagar kaya Raya. Dan melalui perantara juga. Sementara aku?? Bukan siapa2. WHO I AM ?
Mencontohi Ibunda Khadijah? Aku jauh dari Ibunda sang teladan. Ia berani melamar Rasulullah karna memang beliau org terpandang. Saudagar kaya Raya. Dan melalui perantara juga. Sementara aku?? Bukan siapa2. WHO I AM ?
Namun aku tak ingin menyesal jika tak kutanyai isi hatinya. Tidak berharap terlalu banyak karena belajar dari pengalaman sebelumnya. Namun cukup Allah tempat berharap. Tidak banyak kelebihan yang aku punya. Namun jika aku belum baik aku siap memperbaiki diri di bawah bimbinganya. Namun jika tiada pengharapanku kepadanya, it's okay.. Kita bisa menjalani hari seperti biasa.
Aku melihat jiwa dakwah nya besar. Bisa menjadi patner bagiku.
Sudahlah.. Aku tak berani lagi berkata banyak. Allah.. DIA yg Maha Tau apa yang tak mampu aku utarakan pada tulisan ini.
terharuuuuu dengarnya mbak
BalasHapusHehee
HapusSemangat terus, mbak. Insya Allah akan datang yang terbaik dari Allah
BalasHapus